Kualitas pendidikan Australia terutama dalam pendidikan
inklusif patut diacungi jempol. Oleh karena itu, Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan menggelar Short Course Pendidikan Autis dan Inklusif di
Flinders University Australia.
Kursus singkat yang digelar 21-28 Agustus diikuti oleh 25 orang. Dari
jumlah tersebut, 20 orang diantaranya adalah perwakilan dari beberapa
daerah. Dari Kalsel diwakili oleh Sekretaris Dinas Pendidikan Provinsi
Kalsel, Dr. H. Amka. Birokrat yang dikenal sebagai ahli pendidikan
karakter ini menjadi satu-satunya wakil Kalsel dalam kegiatan yang
berlangsung di Sydney dan Adelaide.
Amka menjelaskan secara umum metode pendidikan di Australia jauh
berbeda dengan pendidikan di Indonesia. Menurut Amka, bagaimana proses,
perilaku, dan kemandirian siswa dan guru. “jadi guru yang dikatakan baik
itu mampu menjalani proses. Kalau proses baik ya hasilnya akan baik,
bukan berorientasi pada tujuan atau nilai” kata Amka.
Selama sepekan lebih, Amka dan rombongan belajar tentang pendidikan
autism dan sekolah inklusi. Menurut Amka, tidak ada istilah Sekolah Luar
Biasa (SLB) di Australia. Sekolah yang khusus untuk siswa autis hanya
merupakan sekolah transisi. Siswa penyandang autis kemudian akan
berpindah ke sekolah regular, mereka diarahkan dan dibimbing seperti apa
potensinya” papar Amka.
Ada dua sekolah yang dikunjungi Amka selama di Australia yakni Sydney
Autism Spectrum Australian Aspect Vern Barnett School dan Adelaide
Brigdewater Primary School. Keduanya merupakan sekolah inklusif. Peserta
didik tak hanya siswa biasa, namun ada juga siswa luar biasa penyandang
autis. “Anak-anak luar biasa akan disiapkan terlebih dahulu baru masuk
ke sekolah inklusif. Mereka akan digali potensinya masing-masing” ulas
Amka.
Sekolah inklusif di Australia sendiri memiliki sistem moving class
seperti sistem kuliah di universitas-universitas di Indonesia. Siswa
akan berpindah kelas jika berganti mata pelajaran. “Jadi siswa memiliki
kelas sendiri dan juga moving class, per mata pelajaran kelasnya
berbeda” ceritanya.
Pada kesempatan tersebut, Amka juga sempat berinteraksi dengan
sejumlah siswa. Ia juga sempat praktik mengajar di sekolah inklusif.
Menurut dia, banyak inspirasi positif yang bias diambil dari kemajuan
pendidikan Australia. Ia yakin pendidikan Kalsel mampu untuk maju lebih
baik lagi.
0 komentar:
Posting Komentar