Sabtu, 12 Oktober 2013

Belajar Dari Keunggulan Pendidikan Australia


Kualitas pendidikan Australia terutama dalam pendidikan inklusif patut diacungi jempol. Oleh karena itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggelar Short Course Pendidikan Autis dan Inklusif di Flinders University Australia.
Kursus singkat yang digelar 21-28 Agustus diikuti oleh 25 orang. Dari jumlah tersebut, 20 orang diantaranya adalah perwakilan dari beberapa daerah. Dari Kalsel diwakili oleh Sekretaris Dinas Pendidikan Provinsi Kalsel, Dr. H. Amka. Birokrat yang dikenal sebagai ahli pendidikan karakter ini menjadi satu-satunya wakil Kalsel dalam kegiatan yang berlangsung di Sydney dan Adelaide.
Amka menjelaskan secara umum metode pendidikan di Australia jauh berbeda dengan pendidikan di Indonesia. Menurut Amka, bagaimana proses, perilaku, dan kemandirian siswa dan guru. “jadi guru yang dikatakan baik itu mampu menjalani proses. Kalau proses baik ya hasilnya akan baik, bukan berorientasi pada tujuan atau nilai” kata Amka.
Selama sepekan lebih, Amka dan rombongan belajar tentang pendidikan autism dan sekolah inklusi. Menurut Amka, tidak ada istilah Sekolah Luar Biasa (SLB) di Australia. Sekolah yang khusus untuk siswa autis hanya merupakan sekolah transisi. Siswa penyandang autis kemudian akan berpindah ke sekolah regular, mereka diarahkan dan dibimbing seperti apa potensinya” papar Amka.
Ada dua sekolah yang dikunjungi Amka selama di Australia yakni Sydney Autism Spectrum Australian Aspect Vern Barnett School dan Adelaide Brigdewater Primary School. Keduanya merupakan sekolah inklusif. Peserta didik tak hanya siswa biasa, namun ada juga siswa luar biasa penyandang autis. “Anak-anak luar biasa akan disiapkan terlebih dahulu baru masuk ke sekolah inklusif. Mereka akan digali potensinya masing-masing” ulas Amka.
Sekolah inklusif di Australia sendiri memiliki sistem moving class seperti sistem kuliah di universitas-universitas di Indonesia. Siswa akan berpindah kelas jika berganti mata pelajaran. “Jadi siswa memiliki kelas sendiri dan juga moving class, per mata pelajaran kelasnya berbeda” ceritanya.
Pada kesempatan tersebut, Amka juga sempat berinteraksi dengan sejumlah siswa. Ia juga sempat praktik mengajar di sekolah inklusif. Menurut dia, banyak inspirasi positif yang bias diambil dari kemajuan pendidikan Australia. Ia yakin pendidikan Kalsel mampu untuk maju lebih baik lagi.

Sumber : RadarBanjarmasin

0 komentar:

Posting Komentar